anak&istriku-dokument pribadi |
Hari ini aku belum mendengar suara anak dan istriku. Memang, tadi pagi, seperti biasanya, aku sudah dibangunkan oleh sms mereka, tapi telinga ini rasanya belum puas kalau belum mendengar celoteh mereka secara langsung.
Ya, kami memang hidup terpisah. Aku di Jogja, dan anak-istriku di Merauke, kota kecil terpencil tempatku bertugas. “Papa usahakan kuliah papa cepat selesai,” begitu aku selalu meyakinkan harapan dan keinginan mereka agar aku cepat pulang.
Seperti yang kuduga dan seperti hari-hari biasanya, jam setengah tujuh sore, istriku menelponku.
“Halo, Ma…”
“Halo, Papa. Lagi apa?”
“Lagi tunggu telpon dari kalian berdua. Kalian lagi apa?”
“Ini baru selesai kasih suap Iel. Sore ini Iel makan banyak, Pa…”
“Iya, Papa,” anakku ikut nimbrung, suaranya terdengar agak jauh dari ponsel, “saya makan banyak sekali.”