About Me

My photo
Merauke, Papua, Indonesia
Aku menulis untuk mengapresiasi dunia yang warna-warni, seperti pelangi. Biarlah warna-warni itu tetap warna-warni. Tak ada yang mendominasi, tak ada pula yang termarginalisasi. Semua tampil apa adanya dan setara. Semua saling memahami dengan penuh empati. Harmoni pelangi warna-warni.

Monday, October 4, 2010

Salib dari Ipul*

      Sore itu, di bulan ramadhan, aku sedang menyirami bunga dan rumput gajah di taman depan rumahku. Entah dari mana datangnya, Ipul - anak tetangga sebelah, 10 tahunan usianya -  tiba-tiba sudah berdiri di belakangku. Dia mengenakan kopiah putih. Tampaknya dia sudah mandi - aroma harum sabun mandi sempat mampir di hidungku - dan sedang menunggu waktu berbuka puasa. Tangannya memegang sebuah mainan, entah apa namanya.
      “Om, lihat mainanku,” katanya sambil memamerkan sebuah mainan mirip rubik.
      “Ooh, bagus sekali. Apa namanya itu?”
      “Nggak tahu. Bapak yang belikan di Malioboro.”

Sunday, October 3, 2010

Sholat di Gereja*

Ilustrasi/Admin (shutterstock)       Ada mushola kecil di kompleks perumahanku. Setiap  malam di bulan Ramadhan, semua warga ber-sholat tarawih di mushola kecil itu. Tapi aku dan keluargaku tidak penah ikut. 
      Suatu malam, ketika sholat tarawih selesai, aku kebetulan sedang duduk di teras rumahku. Pak Imam, bersama anak laki-lakinya – Ipul namanya, kira-kira 10 tahunan umurnya -  pulang melewati depan rumahku. Seperti biasa, kami bertegur sapa.
      “Kundur, Pak Imam?” sapaku.
      “Inggih, Pak Abet. Wah, sedang nyantai ini?”
      “Iya, Pak Imam. Di dalam panas….”
      “Monggo, Pak Abet.”
      “Inggih. Monggo-monggo, Pak Imam.”
      Mereka belum melewati depan rumahku - aku masih bisa mendengarnya dengan jelas - ketika si Ipul bertanya kepada Bapaknya, “Pak, kenapa Om itu tidak sholat?”
      “Hush!!!” hardik Pak Imam. “Ayo cepat pulang!”