Ada mushola kecil di kompleks perumahanku. Setiap malam di bulan Ramadhan, semua warga ber-sholat tarawih di mushola kecil itu. Tapi aku dan keluargaku tidak penah ikut.
Suatu malam, ketika sholat tarawih selesai, aku kebetulan sedang duduk di teras rumahku. Pak Imam, bersama anak laki-lakinya – Ipul namanya, kira-kira 10 tahunan umurnya - pulang melewati depan rumahku. Seperti biasa, kami bertegur sapa.
“Kundur, Pak Imam?” sapaku.
“Inggih, Pak Abet. Wah, sedang nyantai ini?”
“Iya, Pak Imam. Di dalam panas….”
“Monggo, Pak Abet.”
“Inggih. Monggo-monggo, Pak Imam.”
Mereka belum melewati depan rumahku - aku masih bisa mendengarnya dengan jelas - ketika si Ipul bertanya kepada Bapaknya, “Pak, kenapa Om itu tidak sholat?”
“Hush!!!” hardik Pak Imam. “Ayo cepat pulang!”
Suatu malam, ketika sholat tarawih selesai, aku kebetulan sedang duduk di teras rumahku. Pak Imam, bersama anak laki-lakinya – Ipul namanya, kira-kira 10 tahunan umurnya - pulang melewati depan rumahku. Seperti biasa, kami bertegur sapa.
“Kundur, Pak Imam?” sapaku.
“Inggih, Pak Abet. Wah, sedang nyantai ini?”
“Iya, Pak Imam. Di dalam panas….”
“Monggo, Pak Abet.”
“Inggih. Monggo-monggo, Pak Imam.”
Mereka belum melewati depan rumahku - aku masih bisa mendengarnya dengan jelas - ketika si Ipul bertanya kepada Bapaknya, “Pak, kenapa Om itu tidak sholat?”
“Hush!!!” hardik Pak Imam. “Ayo cepat pulang!”
ooo
“Ipul…!! Ayo kejar aku!” Ipul terperanjat dan berlari mengejar sumber suara itu.
ooo
“Monggo, Pak Abet….”
“Monggo, Pak Imam."
“Pak, kenapa om itu tidak sholat lagi?”
“Ipul, saya sholatnya di Gereja setiap hari Minggu.”
Sejak itu Ipul tidak pernah menatapku dengan tatapan aneh lagi, apalagi ketakutan.
Wah banyak juga rupanya yang dari blogspot, selamat mengikuti lomba, Mas... Semoga menang
ReplyDeleteterima kasih. Semoga Mbak Anazkia juga menang... :)
ReplyDelete